Monday, 26 January 2015

KOPERASI LIMA GARUDA

Sejarah
Sejarah Koperasi Lima Garuda dimulai pada tanggal 19 Juni 2008 dengan kantor pusat yang berada di Bekasi ini didirikan oleh Bapak Surahmat Sunjoto. Koperasi Lima Garuda didirikan dengan tujuan untuk menjadi solusi intelektual dan finansial bagi masyarakat kecil pada khususnya dan masyarakat menengah pada umumnya dengan menyediakan produk-produk keuangan yang inovatif dan standar layanan perbankan di Indonesia yang didasari oleh perilaku etikal, semangat kekeluargaan dan prinsip kehati-hatian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Koperasi Lima Garuda didirikan dengan mengembangkan nilai-nilai teamwork, integritas, dan profesionalisme. Kekuatan Koperasi Lima Garuda terletak pada pendirinya yang memiikivisi dan komitmen tinggi terhadap kesinambungan bisis Koperasi Lima Garuda, menempatkan pengurus dan karyawan yang memiliki kompetensi dan pengalaman di berbagai bidang lembaga keuangan di Indonesia, menggunakan sistem manajemen dan informasi yang berkualitas dan handal, dan memiliki akses keuangan dan hubungan baik dengan beberapa perusahaan berskala internasional di Indonesia.

Visi dan Misi
Visi Koperasi Lima Garuda adalah "Menjadi lembaga keuangan pilihan dengan standar bank yang inovatif dan terpercaya”.
Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan misi Koperasi Lima Garuda yaitu:
1.  Menyediakan dan mengembangkan pelayanan keuangan yang inovatif dan berkualitas bagi masyarakat kecil.
2.    Membina kerjasama saling menguntungkan dan meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil.
3.    Membangun kepercayaan masyarakat kecil dengan perilaku etikal dan prinsip kehati-hatian
4.  Menciptakan lingkungan kerja yang profesional dan meningkatkan produktivitas kerja dengan semangat kekeluargaan.

Produk
1.  Kredit Multi Guna (KMG) difokuskan kepada masyarakat yang mata pencahariannya adalah Home Industry, Perdagangan, dan Jasa yang sangat berpotensi untuk dibiayai dengan agunan berupa sertifikat tanah dan bangunan atau BPKB Kendaraan Bermotor.
2.    Kredit Kesejahteraan Karyawan (KKK) merupakan fasilitas pinjaman yang diberikan kepada karyawan perusahaan untuk keperluan modal kerja dan keperluan konsumtif seperti pembelian barang elektronik, kendaraan bermotor, dan sebagainya.
3.   Kredit Pemilikan Motor (KPM) merupakan fasilitas kredit pembiayaan pembelian sepeda motor dengan waktu proses yang relatif lebih singkat dan harga yang lebih murah yang diberikan kepada karyawan perusahaan.
4.  Simpanan Harian (SIHARI) merupakan produk tabungan dari KOPERASI LIMA GARUDA dengan bunga yang menarik dan dapat ditarik sesuai dengan keinginan.

5.  Simpanan Berjangka (SIJANGKA) merupakan produk tabungan dari KOPERASI LIMA GARUDA dengan bunga yang lebih tinggi dari SIHARI dan jangka waktunya bervariasi antara 1, 3, 6, dan 12 bulan.



Sunday, 25 January 2015

OTORITAS JASA KEUANGAN

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, dan menggantikan peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri jasa keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
1.    terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
2.    mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
3.    mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
1.    kegiatan jasa keungan di sector perbankan
2.    kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal
3.   kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya

Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:
1.    menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
2.    menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3.    menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4.    menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5.    menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6.    menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
7.    menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan;
8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:
1.    menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan
2.    mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif
3.   melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
4.    memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertent;
5.    melakukan penunjukan pengelola statuter
6.    menetapkan penggunaan pengelola statuter
7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
8.    memberikan dan/atau mencabut:
·      izin usaha
·      izin orang perseorangan
·      efektifnya pernyataan pendaftaran
·      surat tanda terdaftar
·      persetujuan melakukan kegiatan usaha
·      pengesahan
·      persetujuan atau penetapan pembubaran


Koperasi diawasi oleh OJK?

Koperasi pada hakikatnya merupakan lembaga keuangan non bank yang pungutan dananya berasal dari anggota itu sendiri,  dan penyaluran dananya pun untuk anggota itu sendiri. Sesuai dengan prinsip koperasi yaitu dari, oleh dan untuk anggota.

Seiring berjalannya waktu, koperasi terus tumbuh adan asetnya semakin bertambah, produk jasa dan keuangan di Indonesia semakin banyak. Sudah sepatutnya ada yang mengawasi koperasi-koperasi tersebut. Selain koperasi yang akan mulai diawasi oleh OJK mulai tahun 2015, OJK juga akan mengawasi LKM.

Menurut Djonieri, masuknya OJK ke LKM antara lain karena besarnya potensi perkembangan dan risiko bisnis itu termasuk untuk ke konsumen/nasabah. OJK sebagai regulator dan pengawas lembaga jasa keuangan terintegrasi diharapkan semakin menyehatkan perbankan, pasar modal, IKNB dan LKM sekaligus bisa memberikan perlindungan yang lebih baik kepada konsumen.


Saturday, 24 January 2015

CREDIT UNION

Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin “Credere” yang artinya percaya dan “Union” atau “Unus” berarti kumpulan. Sehingga “Credit Union” memiliki makna kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu yang sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan kesejahteraan.
Credit Union mengumpulkan simpanan tabungan dan saham para Anggotanya untuk mendanai pinjamannya daripada menggantungkan diri pada sumber keuangan dari luar. Anggota mendapat keuntungan sebagai pemilik Credit Union dari balas jasa simpanan yang tinggi, balas jasa pinjaman yang lebih rendah dan dengan rerata biaya yang lebih sedikit)
Credit Union atau Koperasi Kredit memiliki tiga prinsip utama yaitu:
1.    asas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya)
2.    asas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota), dan
3.    asas pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang utama; hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman).
SEJARAH UNION CREDIT (KOPERASI KREDIT)
Sejarah koperasi kredit dimulai pada abad ke-19. Ketika Jerman dilanda krisis ekonomi karena badai salju yang melanda seluruh negeri. Para petani tak dapat bekerja karena banyak tanaman tak menghasilkan. Penduduk pun kelaparan.
Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka memberikan pinjaman kepada penduduk dengan bunga yang sangat tinggi. Sehingga banyak orang terjerat hutang. Oleh karena tidak mampu membayar hutang, maka sisa harta benda mereka pun disita oleh lintah darat.
Kemudian tidak lama berselang, terjadi Revolusi Industri. Pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia diambil alih oleh mesin-mesin. Banyak pekerja terkena PHK. Jerman dilanda masalah pengangguran secara besar-besaran.
Melihat kondisi ini wali kota Flammersfield, Friedrich Wilhelm Raiffeisen merasa prihatin dan ingin menolong kaum miskin. Ia mengundang orang-orang kaya untuk menggalang bantuan. Ia berhasil mengumpulkan uang dan roti, kemudian dibagikan kepada kaum miskin.
Ternyata derma tak memecahkan masalah kemiskinan. Sebab kemiskinan adalah akibat dari cara berpikir yang keliru. Penggunaan uang tak terkontrol dan tak sedikit penerima derma memboroskan uangnya agar dapat segera minta derma lagi. Akhirnya, para dermawan tak lagi berminat membantu kaum miskin.
Raiffeisen tak putus asa. Ia mengambil cara lain untuk menjawab soal kemiskinan ini. Ia mengumpulkan roti dari pabrik-pabrik roti di Jerman untuk dibagi-bagikan kepada para buruh dan petani miskin. Namun usaha ini pun tak menyelesaikan masalah. Hari ini diberi roti, besok sudah habis, begitu seterusnya.
Berdasar pengalaman itu, Raiffeisen berkesimpulan: “kesulitan si miskin hanya dapat diatasi oleh si miskin itu sendiri. Si miskin harus mengumpulkan uang secara bersama-sama dan kemudian meminjamkan kepada sesama mereka juga. Pinjaman harus digunakan untuk tujuan yang produktif yang memberikan penghasilan. Jaminan pinjaman adalah watak si peminjam.”

SEJARAH LAHIRNYA KOPERASI DI INDONESIA
Menyebut CU di Indonesia tidak terlepas dari sosok seorang yang bernama lengkap Carolus Albrecht, SJ, atau yang lebih dikenal dengan nama Karim Arbie ;Seorang pastor kelahiran Altusried, Augsburg, Jerman  Selatan, pada 19 April 1929. Beliau ditugaskan ke Indonesia pada Desember 1958, bermula di Girisonta, Jawa Tengah lalu kemudian ke Jakarta dan Semarang.
Gereja Katolik menyadari dan memandang pentingnya pemberdayaan ekonomi kerakyatan oleh karena itu pastor Albrecht, SJ, dan pastor Frans Lubbers, OSC,ditugaskan mengembangkan  CU se-Indonesia bersama Delegasi Sosial (Delsos). Beragam cara dilakukan guna mensosialisasikan gerakan CU ini.
Berkat perjuangan dan kerja keras Karim Arbie dan kawan-kawan, CU berkembang ke berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahun 1990 disaat usia beliau menginjaki 61 tahun ditugaskan ke Timor-Timur. Situasi konflik sedang melanda eks provinsi ke-27 Indonesia ini. Beliau ditembakki orang tak dikenal di Dilli, Timor Leste. Gugurlah pahlawan CU Indonesia ini dengan meninggalkan  mutiara berharga bagi kemajuan gerakan CU sampai kini.
Namun seperti apa saja sesungguhnya sejarah gerakan CU di Indonesia? Sudah masuk sejak kapankah? Gerakan CU di Indonesia bermula dari massa pemerintahan Presiden Soekarno. Namun belumlah dipraktekkan dan penerapan dengan sepenuhnya karena situasi perekonomian yang morat-marit. Hingga akhirnya massa orde baru pun tiba.
Tak jauh berbeda, situasi perekonomian pun belumlah stabil, maka kemudian ada kerinduan untuk menggerakkan perekonomian rakyat dengan bentuk koperasi. Dan salah satunya Credit Union yang menjadi pilihan itu. Adapun pun tahap perkembangan tersebut akan dibagi dua, yakni di massa Orde Lama dan massa Orde Baru.
1. Credit Union di Massa Orde Lama
Gerakan Credit Union atau Koperasi Simpan pinjam sebenarnya sudah masuk ke Indoneia pada tahun 1950, dibawa beberapa sukarelawan yang sudah mendirikan usaha-usaha simpan pinjam menurut prinsip Raiffeisien. Pemerintah Indonesia juga sudah pula menjalankan koperasi kredit dengan memakai sistem yang sama sejak tahun 1955 sampai dengan tahun 1959.
Pada permulaan tahun 1960-an terjadi musibah dimana terjadi gejolak inflasi melanda negara Indonesia yang sangat hebat. Banyak usaha yang bergerak dibidang simpan pinjam menjadi tak berdaya, sebabnya karena tidak bisa menentang inflasi yang kian melaju.
Koperasi-koperasi tersebut akhirnya banyak yang berputar haluan menjadi koperasi Konsumsi. Uang merupakan media yang dijadikan spekulasinya. Maka kemudian koperasi ala Raiffeisen ini tidak terdengar lagi gaungnya. Dan yang banyak bermunculan justru Koperasi Serba Usaha (KSU).
2. Credit Union di Massa Orde Baru
Seiring perjalanan waktu tampuk kepemimpinan kepala negara pun berubah. Pemerintahan Soekarno pun lengser, Indonesia memasuki perode baru yang dinamakan massa Orde Baru. Ada satu hal yang berbuah positif, yakni kondisi perekonomian perlahan-lahan membaik dan stabil. Hal ini mulai terlihat dan dirasakan pada tahun 1967.
Kala itu penggerak ekonomi masyarakat mulai memikirkan konsep perekonomian yang cocok bagi kalangan masyarakan ekonomi menengah kebawah. Dan koperasi kredit dianggap yang paling cocok diterapkan di Indonesia.
Gaung pun bersambut, maka kemudian di undanglah pihak WOCCU atau Dewan Dunia Koperasi Kredit ke Indonesia. Undangan tersebut sangat ditanggapi positif oleh pihak WOCCU. Tak tanggung-tanggung mereka mengirimkan salah satu tenaga ahlinya, yaitu Mr. A.A Baily.
Setelah diadakan pertemuan itu, didiskusikanlah kemungkinan dikembangkannya gagasan CU di Indonesia sebagai sarana sekaligus wahana pengentasan masyarakat marginal. Sebagi tindak lanjut, beberapa orang mengadakan study circle secara perodik di Jakarta.
Dan akhirnya bersepakat membentuk wadah bernama Credit Union Counselling Office (CUCO) pada awal Januari 1970 dipimpim oleh K. Albrecth Karim Arbie, SJ, untuk memimpin kegiatan operasionalnya. Pada tahun 1971 Drs. Robby Tulus diangkat sebagai Managing Director.
CUCO ini antara lain berfungsi memberikan konsultasi, menyediakan bahan dan program pelatihan, menyelenggarakan kursus-kursus, menyebarkan informasi serta merintis Badan Koordinasi Koperasi Kredit.
Untuk mendapatkan legalitas dari pemerintah, CUCO,  Direktur Jendral Koperasi,  Departemen Tenaga Kerja , transmigrasi dan koperasi yang pada masa itu dijabat oleh Ir. Ibnoe Soedjono. Tanggapan positif pun datang dari Direktur Jenderal Koperasi dengan memberikan massa Inkubasi selama 5 tahun kepada CUCO untuk mengembangkan gagasan gerakan Kredit Union di Indonesia.
Massa Inkubasi pun berakhir dengan diadakannya Konferensi Nasional Koperasi Kredit (KNKK) di Bandungan, Ambarawa, Jawa Tengah pada bulan Agustus 1976. Konferensi ini juga dihadiri oleh Ir. Ibnoe Soedjono sebagai Direktur Jenderal Koperasi. Sejak itulah secara Nasional nama Koperasi Kredit di ganti dengan Credit Union.
Selaku kapasitasnya sebagai Direktur Jenderal Koperasi, dan kemudian diberikan restu kepada CUCO untuk melanjutkan kegiatan mengembangkan Credit Union di Indonesia dengan menyesuaikan diri kepada ketentuan – ketentuan  dalam UU No. 12/1967 tentang pokok – pokok Perkoperasian di Indonesia.
Tahun 1981 diselenggarakan Konferensi Nasional Koperasi Kredit Indonesia, dimana dibentuk organisasi baru bernama Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I)  dengan kepengurusan yang dipilih secara demokratis, terpilih sebagai ketua Drs. Robby Tulus. Terjadi pergantian nama dan sifat organisasi.
Biro Konsultasi Koperasi Kredit (BK3) atau Credit Union Counselling Office (CUCO) menjadi Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) atau Credit Union Coordination of Indonesia (CUCO Indonesia) dan untuk daerah menjadi BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah).
Peran CUCO inilah sebagai cikal bakal berkembangnya CU diberbagai daerah di Indonesia, mereka banyak memberikan pelatihan di berbagai wilayah untuk mengembangkan gagasan CU.
Saat ini BK3D berubah nama menjadi BKCU dan BK3I berubah menjadi Inkopdit. CU pertama kali didirikan di Indonesia, yaitu CU Kemuning yang berada di Bandung, Jawa Barat. CU ini berdiri pada tanggal 7 Desember 1970, Sepuluh bulan kemudian tepatnya pada tanggal 20 oktober 197 berdiri juga CU Swapada di Jakarta dan merupakan CU pertama di Jakarta.
Hingga kini CU Swapada masih berdiri, namun CU Kemuning tidak tau lagi perkembangan nya. Hal ini disebabkan tidak ada lagi informasi yang dapat di gali tentang keberadaan CU ini.
Dari perjalanan sejarah CU di Indonesia, berikut ini adalah inisiator awalnya :
1. Albrecht Karim Arbie, SJ
2. Drs. Robby Tulus
3. Ir. Ibnoe Soedjono
4. John Collins, SJ
5. Raden Mas Margono Djoyohadikusumo
6. Prof. Dr. Fuad Hasan
7. Mochtar Lubis
8. Prof. Dr. A.M. Kadarman, SJ
9. A.J. Sumandar
10. John Dijkstra, SJ
11. FX. Bambang Ismawan
12. Frans Lubbers, OSC
13. Nico Susilo
14. Sumitro
15. FX. Susanto
16. Hubertus Woeryanto
17. Theodorus Trisna Ansarli
18. A.C. Lunardi
19. Suharto Nazir
20. Sukartono

LAPORAN KEUANGAN KOPERASI

Laporan Keuangan Koperasi selain merupakan bagian sistem pelaporan keuangan koperasi, juga merupakan bagian dari laporan pertanggung jawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi. Dengan demikian, dilihat dari fungsi manajemen, laporan keuangan, sekaligus dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi.

Tujuan adanya laporan keuangan koperasi adalah menyediakan informasi yang berguna bagi pengguna utama dan pengguna lainnya. Beberapa informasi yang diperoleh dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
·       Manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota koperasi
·       Prestasi keuangan koperasi selama satu periode
·       Transaksi, Kejadian, dan Keadaan yang mengubah sunber daya ekonomis, kewajiban, dan kekayaan bersih dalam suatu periode. Transaksi yang berkaitan dengan anggota dipisahkan dengan yang bukan aggota
·       Informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi

LAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL STATEMENT)
KOPERASI SISWA SMA PGRI 1 BEKASI
Jl. Cirebon Duren Jaya Bekasi

 
Neraca (Balance Sheet)

 
Aktiva                              Per 31 Juli 2011    Per 31 Desember 2010
Kas Niaga                               67.809.000                      -
Kas Kredit                                4.365.800                      -
Simpanan di Bank Jabar            5.112.984               44.649.866

  
                                              77.287.784                44.649.886
Piutang Tunai                        188.628.500              106.387.500
Piutang Barang                       82.994.500              122.147.600

 
               
                                               271.623.000          228.535.100
Persediaan Brg Dagangan        16.135.850              12.873.223
Persediaan Perlengkapan                 -                        3.308.980
Beban Dibayar Dimuka            13.000.000                     -

 
Bangunan & Peralatan             55.179.566              73.457.482
Akum.Penyusutan                  (11.260.972)           (19.681.565)
                                                43.918.594            53.775.917
          Asset                           421.965.228          343.143.086

 
Pasiva                                  Per 31 Juli 2011   Per 31 Desember 2010
Utang
Utang Usaha                              9.675.500               6.073.900
Tab.Anggo/Sim.Manasuka      38.357.897              38.571.559
Dana Keg Kesiswaan/OSIS       3.125.719                    -
Dana Pendidikan                       3.233.175                1.769.375
Dana Sosial                                  335.867                     20.086

 
Titipan Sijakespepe                     700.000                    360.000
Beban Harus Dibayar             64.869.000               21.014.320
Pendptn Diterima Dimuka     13.467.845                 25.167.532
Simp Ex-Anggota                    8.033.674                  4.870.512
Tabungan Khusus                    3.040.000                20.320.200
Modal Luar                             144.838.677          118.167.484

Modal
Simp.Pokok                               9.520.000               9.470.000
Simp.Wajib                           144.660.000              97.666.323
Modal Krj Kajur                       5.000.000               5.000.000
Modal Usaha Kajur                  1.160.639               1.160.639
Donasi Pemda                         12.000.000             12.000.000
Sumb/Donasi lainnya              39.292.325                38.098.175
Cadangan                                 23.548.700              10.873.700
SHU Tahun Berjalan            41.944.887               50.706.765
Modal Sendiri                        277.126.551            224.975.602
Total                                     421.965.228             343.143.086

 
Perhitungan Hasil Usaha (Income Statement)

                                            Per 31 Juli 2011    Per 31 Desember 2010
Pndptn Niaga                          106.027.967               60.134.464
Pendapatan Non Niaga             71.831.642               75.364.280
Jumlah Pendapatan                 177.859.609             135.498.744
        Pengeluaran                     (80.195.722)            (84.791.979)
Sisa Hasil Usaha                      97.663.887             50.706.765


Arus Kas (Cash Flow Statement)

                                            Per 31 Juli 2011    Per 31 Desember 2010
Keadaan "Kas Niaga" Awal                -                      60.134.464
        Kas masuk                          546.633.655         526.031.518
        Kas keluar                          478.824.655         529.848.518
Keadaan "Kas Niaga" Akhir        67.809.000                   -
Keadaan "Kas Kredit" Awal                 -                          -
        Kas masuk                         127.265.200          326.573.400
Kas keluar                                 122.899.400          326.573.400
Keadaan "Kas Kredit" Akhir       4.365.800                     -


Volume Usaha
                                     Per 31 Juli 2011    Per 31 Desember 2010
Niaga                                 263.161.697                  414.412.426
Simpanan                           466.778.277                  608.288.265
Pinjaman                            349.776.600                  488.313.000
Jumlah Volume Usaha     1.079.716.574               1.511.013.691


Analisis Rasio
                                  Per 31 Juli 2011    Per 31 Desember 2010
Liquiditas                        261,01%                      244,88%
Solvabilitas                      291,33%                     290,39%
Rentabilitas                       17,84%                      29,10%
Indeks SHU Anggota        12,24%                      16,79%

 
Laporan Perubahan Modal
                                    Per 31 Juli 2011    Per 31 Desember 2010
Modal                             277.126.551                224.975.602
Laba                                97.663.887                   50.706.765
Modal Akhir                 369.790.438               275.682.367 

SUMBER: